Bhataramedia.com – Menurut penelitian baru dari University of Adelaide, ketidakseimbangan hormon seks perempuan di antara laki-laki pada negara-negara Barat kemungkinan berkontribusi terhadap tingginya tingkat obesitas pada laki-laki.
Di dalam suatu naskah penelitian yang diterbitkan secara online di jurnal PLoS ONE, peneliti dari University School of Medical Sciences menunjukkan bahwa obesitas di kalangan orang-orang Barat dapat dikaitkan dengan paparan zat yang mengandung estrogen (hormon seks wanita). Estrogen lebih sering ditemukan di dalam masyarakat yang makmur dan digunakan pada beberapa produk kedelai dan plastik.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa kedokteran University of Adelaide, James Grantham dan Maciej Henneberg, Profesor di bidang Antropologi dan Perbandingan Anatomi di Wood Jones.
Mr. Grantham membandingkan tingkat obesitas di kalangan pria dan wanita dari seluruh dunia dengan mengukur faktor seperti pendapatan per kapita untuk menentukan dampak kemakmuran pada obesitas. Dia menemukan bahwa normal bagi perempuan di negara-negara berkembang memiliki tingkat obesitas yang secara signifikan lebih besar daripada pria. Namun, di negara-negara maju justru terjadi fenomena yang berbeda.
“Kenaikan berat badan yang didorong secara hormonal terjadi lebih signifikan pada wanita dibandingkan pada pria. Hal ini sangat jelas ketika kita melihat tingkat obesitas di negara-negara berkembang. Namun, di dunia Barat, seperti di Amerika Serikat, Eropa dan Australia, tingkat obesitas antara pria dan wanita tidak terlampau jauh. Pada beberapa negara-negara Barat, obesitas yang terjadi pada laki-laki justru lebih besar daripada wanita,” kata Mr. Grantham, seperti dilansir laman The University of Adelaide (13/6/2014).
“Selain pola makan yang buruk, kami percaya ada faktor pendorong lainnya selain asupan kalori yang tinggi,” lanjut Mr. Grantham.
“Paparan estrogen diketahui menyebabkan kenaikan berat badan, terutama melalui penghambatan tiroid dan modulasi hipotalamus. Produk kedelai mengandung xenoestrogen dan kami khawatir bahwa di dalam masyarakat dengan pola diet kedelai yang tinggi, seperti Amerika Serikat dapat mengakibatkan “feminisasi” pada pria. Hal ini akan memungkinkan para pria di komunitas tersebut untuk meniru pola berat badan yang terjadi pada wanita,” kata Profesor Henneberg.
“Sumber lain dari xenoestrogen yang sudah cukup dikenal adalah polivinil klorida, yang biasa dikenal sebagai PVC. Produk ini digunakan secara massal di negara-negara kaya, dari perangkat medis hingga pipa untuk pasokan air,” tambah Henneberg.
Profesor Henneberg mengatakan bahwa perubahan evolusi mikro kemungkin terjadi di dalam masyarakat Barat. Perubahan tersebut juga dapat menyebabkan perubahan hormon testosteron dan estrogen pada pria. “Hal ini pasti akan menjelaskan berbagai kekhawatiran mengenai pengurangan jumlah sperma pada pria di negara-negara maju,” katanya.
Profesor Henneberg dan Mr. Grantham mengatakan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami apakah faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap “feminisasi” pria di dunia Barat.
Referensi Jurnal :
Grantham JP, Henneberg M (2014) The Estrogen Hypothesis of Obesity. PLoS ONE 9(6): e99776. doi: 10.1371/journal.pone.009977.