

Bhataramedia.com – Menurut penelitian yang dipimpin oleh ilmuwan dari Universitas Plymouth dan Natural History Museum, laut dalam menjadi akhir dari pembuangan limbah plastik.
Studi baru yang dipublikasikan hari ini di Royal Society Open Science tersebut, mengungkapkan sekitar empat miliar serat plastik mikroskopis mengotori setiap kilometer persegi sedimen laut dalam di seluruh bumi.
Sampah plastik laut adalah masalah global yang mempengaruhi satwa liar, pariwisata dan perkapalan. Namun, pemantauan selama beberapa dekade terakhir belum melihat peningkatan konsentrasi sampah plastik pada permukaan laut atau di sepanjang garis pantai.
Namun, penelitian ini menunjukkan pengukuran tidak dapat dilakukan kemungkinan karena mikroplastik telah tenggelam ke dasar laut. Jumlah mikroplastik di laut dalam tercatat hingga empat kali lebih besar daripada di perairan dangkal dan pantai.
“Teka-teki bagi para ilmuwan kelautan adalah untuk menentukan kemana sampah plastik akan menuju. Sebagian dari jawabannya adalah kebanyakan dari sampah plastik telah terurai menjadi serat tidak kasat mata dan tenggelam ke dasar laut,” kata Dr. Lucy Woodall, ahli zoologi di Natural History Museum.
“Sangat mengkhawatirkan untuk menemukan kontaminasi dengan tingkat tinggi seperti itu, terutama ketika berbicara mengenai pengaruhnya yang tidak diketahui terhadap keseimbangan ekosistem laut dalam,” lanjut Lucy, seperti dilansir University of Plymouth (16/12/2014).
Penelitian yang juga melibatkan University of Barcelona, University of Oxford dan Scottish Association for Marine Science, difokuskan pada sedimen laut dalam dan sampel karang yang dikumpulkan oleh Dr. Woodall dan ilmuwan lainnya dari 16 lokasi di Laut Mediterania, Atlantik dan Samudera Hindia.
Analisis yang dilakukan di Plymouth Universitas mengkonfirmasi bahwa keberadaan mikroplastik melimpah pada semua sampel (mulai dari 1,4-40 potongan per 50 ml sedimen). Pada umumnya potongan tersebut berukuran sekitar 2-3 mm dan sebagian besar berwarna biru, hitam, hijau atau merah.
Rayon (polimer nonplastik buatan manusia yang digunakan di dalam produk kebersihan pribadi dan pakaian) berkontribusi untuk 56,9% dari total serat yang terlihat. Selain itu, para peneliti juga mencatat keberadaan poliester, poliamida, asetat dan akrilik.
“Habitat laut dalam memiliki luas lebih dari 300 juta km² secara global, sehingga penemuan mikroplastik kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi lebih besar dari yang diduga sebelumnya. Berbagai organisme air dangkal diketahui menelan mikroplastik dan sejauh mana efek berbahaya yang ditimbulkan kemungkinan akan dipengaruhi oleh kelimpahan relatif organisme-organisme tersebut. Penemuan sejumlah besar mikroplastik di dalam sedimen laut dalam merupakan relevansi yang cukup bagi kita untuk memahami mengenai potensi partikel-partikel ini untuk menyebabkan kerusakan pada lingkungan laut,” jelas Profesor Richard Thomspon, Profesor Biologi Laut di Plymouth University.