Bhataramedia.com – Penelitian baru mengungkapkan mengenai bagaimana faktor-faktor lingkungan di dalam rahim dapat mempengaruhi keturunan langsung dari induk dan keturunan setelahnya mengalami kelainan metabolisme seperti penyakit hati.
Para peneliti melaporkan temuan ini di Cell Press jurnal Cell Metabolism. Mereka menemukan bahwa tikus hamil yang kekurangan gizi (mengalami 50% pembatasan kalori selama minggu terakhir kehamilan) memiliki keturunan yang terbatas pertumbuhannya dan berat badan lahir yang rendah. Keturunan tikus yang kurang gizi tersebut kemudian mengembangkan obesitas dan diabetes seiring dengan bertambahnya usia. Hal yang mengejutkan adalah keturunan setelahnya dari tikus jantan yang mengalami gangguan pertumbuhan juga mewarisi kecenderungan untuk mengalami kelainan metabolik.
Untuk mengetahui bagaimana fenomena fenomena tersebut dapat terjadi, pemimpin penelitian ini, dr. Josep Jiménez-Chillaron dari Rumah Sakit Sant Joan de Deu di Spanyol dan rekan-rekannya mengamati pola ekspresi gen pada tikus. Mereka menemukan bahwa di dalam rahim, tikus jantan yang mengalami malnutrisi akan mempengaruhi ekspresi gen LXR. Gen LXR berfungsi untuk mengatur metabolisme lemak dan kolesterol di dalam hati dari keturunan berjenis kelamin jantan. Hal tersebut sebagian disebabkan oleh perubahan epigenetik yang disebut metilasi DNA. Perubahan tersebut mempengaruhi aktivitas gen tanpa mengubah urutan dasar DNA. Pola metilasi yang sama dapat ditemukan di dalam sperma tikus jantan yang mengalami kekurangan gizi di dalam kandungan.
“Hal ini sebagian dapat berkontribusi untuk transmisi risiko diabetes dari orang tua kepada keturunannya,” kata Jiménez-Chillaron, seperti dilansir Eurekalert (1/5/2014).
Temuan ini menunjukkan bahwa di dalam sel reproduksi janin, malnutrisi dapat menyebabkan perubahan epigenetik yang kemudian dikirimkan ke sel-sel pada generasi berikutnya. Jika temuan ini berlaku untuk manusia, apa yang wanita makan saat hamil kemungkinan memiliki beberapa pengaruh pada kesehatan dan penyakit cucunya kelak.
“Dogma yang ada saat ini mengusulkan bahwa sebagian besar modifikasi epigenetik di dalam sel sperma dan sel telur (ovum) akan hilang untuk menghindari transmisi (penularan) yang disebabkan oleh perubahan yang berasal dari lingkungan. Namun, data kami menunjukkan bahwa beberapa modifikasi epigenetik yang disebabkan lingkungan dapat ditularkan dan secara stabil dipertahankan pada generasi berikutnya,” kata Jiménez-Chillaron.
Penemuan ini membuka kemungkinan bahwa kecenderungan terjadinya beberapa penyakit kompleks kemungkinan diwariskan secara independen dari urutan genetik seseorang. Namun, Jiménez-Chillaron mencatat bahwa sangat penting untuk tidak “menyalahkan” orang tua seseorang (atau bahkan kakek-nenek) untuk terjadinya suatu penyakit.
“Kami berpendapat bahwa kita memang mewarisi beberapa kecenderungan, akan tapi gaya hidup kita sendiri yang akan menentukan apakah risiko “warisan” tersebut benar-benar akan “diterjemahkan” menjadi penyakit. Oleh karena itu, gaya hidup sehat adalah cara terbaik untuk mencegah kecenderungan terjadinya diabetes dan obesitas, baik yang diwarisi maupun tidak,” jelas Jimenez.
Referensi Jurnal :
Débora Martínez, Thais Pentinat, Sílvia Ribó, Christian Daviaud, Vincent W. Bloks, Judith Cebrià, Nuria Villalmanzo, Susana G. Kalko, Marta Ramón-Krauel, Rubén Díaz, Torsten Plösch, Jörg Tost, Josep C. Jiménez-Chillarón. In Utero Undernutrition in Male Mice Programs Liver Lipid Metabolism in the Second-Generation Offspring Involving Altered Lxra DNA Methylation. Cell Metabolism, 2014; DOI: 10.1016/j.cmet.2014.03.026.