Kontroversi Resep Obat Kodein Untuk Anak-anak

Struktur kimia kodeina.

Bhataramedia.com – Penelitian baru yang dilakukan oleh para peneliti dari University of California, San Francisco (UCSF) menunjukkan bahwa obat penghilang rasa sakit yang kuat, kodein (kodeina atau metilmorfin), masih sering diresepkan untuk anak-anak di ruang gawat darurat. Sebelumnya, telah ada peringatan penggunaan obat tersebut terhadap anak-anak. Selain itu, obat alternatif lainnya sebagai pengganti kodein juga telah tersedia sehingga kodein seharusnya sudah tidak diresepkan lagi.

“Meskipun telah ada bukti kuat mengenai efek samping terhadap penggunaan kodein pada anak-anak, namun kodein terus-menerus diresepkan kepada sejumlah besar anak-anak setiap tahunnya,” kata penulis utama studi ini di dalam jumpa pers, dr. Sunitha Kaiser, asisten profesor klinis pediatri di UCSF Benioff Children ‘s Hospital San Francisco. ” Kodein dapat diresepkan di dalam semua aplikasi klinis, sehingga sangat penting untuk mengurangi resep kodein kepada anak-anak pada klinik dan rumah sakit, di samping ruang gawat darurat.”

Kodein merupakan opioid yang digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang dan menekan batuk. Penggunaannya bersifat kontroversial karena anak-anak merespon dengan cara yang berbeda tergantung pada seberapa cepat mereka memetabolisme obat tersebut. Sekitar sepertiga anak-anak tidak mengalami efek samping, sedangkan satu di antara 12 anak dapat mengalami keracunan, sehingga menyebabkan pernapasan melambat dan kemungkinan terjadi kematian.

American Academy of Pediatrics menemukan bahwa dokter di ruang gawat darurat meresepkan kodein kepada anak-anak lebih dari 500.000 kali per tahun.

Studi selama 10 tahun yang diterbitkan di jurnal Pediatrics menunjukkan bahwa pada tahun 2010, hanya 3 persen kodein yang diresepkan kepada anak-anak yang mengalami kondisi darurat. Akan tetapi dengan lebih dari 25 juta kondisi gawat darurat yang dialami anak-anak setiap tahunnya, penulis mengatakan bahwa terlalu banyak anak-anak mendapatkan kodein ketika pilihan yang lebih baik telah tersedia, seperti ibuprofen atau hidrokodon.

Kaiser dan rekan-rekannya menggunakan data dari National Hospital dan Ambulatory Medical Care Survey untuk menentukan seberapa sering dokter meresepkan kodein untuk anak-anak usia 3-17 tahun selama kunjungan ke ruang gawat darurat di Amerika Serikat. Tingkat penggunaan resep codeine menurun dari 3,7 persen menjadi 2,9 persen selama periode 10 tahun. Namun, 559.000 sampai 877.000 resep kodein masih diberikan kepada anak-anak setiap tahunnya, seperti dilansir Nature World News (21/4/2014).

Beberapa profesional di bidang kesehatan tercengang oleh hasil studi tersebut. “Saya belum pernah melihat seorang dokter menuliskan resep kodein sebagai penekan batuk atau sebagai obat penghilang rasa sakit di ruang gawat darurat. Hasil studi ini bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi di lapangan” kata dr. Dyan Hes, direktur medis di Gramercy Pediatrics New York, di dalam suatu rilis berita.

You May Also Like