Beberapa Karang Mampu Beradaptasi Terhadap Naiknya Suhu Air Laut

Mahasiswa pascasarjana Stanford, Rachael Bay, mengambil sampel dari koloni Acropora hyacinthus di Taman Nasional Samoa Amerika. (Credit: Megan Morikawa)

Bhataramedia.com – Penelitian yang dipimpin oleh ilmuwan Stanford, Steve Palumbi, mengungkapkan bagaimana beberapa karang dapat dengan cepat mengaktifkan atau menonaktifkan gen-gen tertentu untuk bertahan hidup di perairan pasang surut yang memiliki temperatur lebih hangat di atas rata-rata.

Bagi kebanyakan orang, suhu air sebesar 86 °F sangat menyenangkan untuk digunakan mandi dan berenang. Namun, bagi kebanyakan organisme, suhu tersebut bersifat mematikan. Seiring dengan perubahan iklim dan memanasnya suhu laut, masa depan spesies seperti karang akan terancam. Padahal terumbu karang menyediakan makanan dan mata pencaharian bagi satu miliar orang

Melalui percobaan yang inovatif, para peneliti Stanford yang dipimpin oleh Profesor di bidang biologi, Steve Palumbi, telah menunjukkan bahwa beberapa karang dapat dengan cepat menyesuaikan fungsi internal mereka untuk mentolerir air bersuhu tinggi . Adaptasi tersebut 50 kali lebih cepat dibandingkan adapatasi evolusioner yang mereka lakukan. Temuan yang dipublikasikan tanggal 24 April di jurnal Science tersebut telah membuka kemungkinan baru untuk memahami dan melestarikan karang.

“Suhu pada ekosistem terumbu karang bersifat variabel, sehingga dapat dipastikan bahwa karang harus memiliki beberapa kapasitas untuk merespon tingkat panas yang berbeda,” kata Palumbi, Direktur Marine Station Stanford Hopkins, seperti dilansir laman Stanford (24/4/2014). “Studi kami menunjukkan bahwa karang dapat melakukan hal tersebut seiring dengan menghangatnya lautan,” tambah Palumbi.

Terumbu karang memiliki peranan penting sebagai sumber perikanan, budidaya dan perlindungan terhadap badai. Penangkapan ikan yang berlebihan, pencemaran, serta meningkatnya suhu dan keasaman air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim, telah menghilangkan setengah dari ekosistem terumbu karang di dunia selama 20 tahun terakhir. Bahkan kenaikan suhu sementara sebesar beberapa derajat dapat membunuh karang di sepanjang daerah terumbu karang.

Samoa Amerika menyajikan sebuah studi kasus yang unik dalam bagaimana karang mungkin bertahan hidup dunia dibentuk kembali oleh perubahan iklim. Suhu air di beberapa terumbu dangkal di sana bisa mencapai 95 derajat Fahrenheit, cukup untuk membunuh sebagian besar karang. Untuk mengetahui bagaimana karang asli bertahan panas, peneliti di laboratorium transplantasi koloni Palumbi dari sebuah kolam hangat ke kolam renang di dekatnya dingin dan sebaliknya.

Terumbu karang di Taman Nasional American Samoa menyediakan studi kasus unik mengenai bagaimana karang kemungkinan dapat bertahan dari perubahan iklim. Suhu air di beberapa perairan dangkal terumbu karang di sana dapat mencapai 95 derajat Fahrenheit. Suhu tersebut cukup untuk membunuh sebagian besar karang. Agar dapat mengetahui bagaimana karang di daerah American Samoa bertahan dari suhu panas, peneliti di laboratorium Palumbi secara bergantian mentransplantasi koloni karang di kolam air hangat dan kolam air dingin.

Para peneliti menemukan bahwa dari waktu ke waktu karang dari kolam air dingin yang ditransplantasikan ke kolam air panas menjadi lebih toleran terhadap panas. Meskipun karang tersebut hanya memiliki toleransi panas sekitar setengah dari toleransi panas karang yang dari awal hidup di kolam air panas, karang dari kolam air dingin secara cepat mencapai toleransi panas yang sama dengan toleransi yang dikembangkan selama evolusi beberapa generasi. Karang, seperti halnya manusia, memiliki gen adaptif yang dapat diaktifkan atau dinonaktifkan ketika kondisi eksternal berubah. Kelompok karang yang dipelajari di laboratorium Palumbi menyesesuaikan diri dengan mengalihkan atau menonaktifkan gen-gen tertentu, tergantung pada suhu lokal.

Temuan ini semakin menjelaskan bahwa beberapa karang dapat mencegah efek memanasnya lautan melalui kombinasi adaptasi genetik dan fisiologis terhadap kondisi di sekitarnya.

“Hasil penelitian ini memberitahu kita bahwa alam dan pemeliharaan berperan di dalam memutuskan bagaimana koloni karang mentolerir panas,” kata Palumbi. “Pemeliharaan dapat mengubah toleransi karang terhadap panas panas jauh lebih cepat,” tambahnya.

Palumbi memperingatkan bahwa kemampuan adaptasi karang terhadap suhu panas tidak serta-merta memberikan solusi ampuh untuk memerangi perubahan iklim. Karang tetap tidak dapat merespon secara cepat terhadap peningkatan suhu tak terbatas. Selain itu, faktor-faktor tekanan lainnya seperti pengasaman dan polusi juga dapat membahayakan karang.

“Namun, jika toleransi panas berlaku untuk sebagian besar karang, kemampuan adaptif ini dapat menjadi “sandaran” untuk bertahan hidup dan kemungkinan dapat memberikan terumbu karang beberapa dekade tambahan untuk melawan efek yang signifikan dari perubahan iklim,” kata Palumbi.

Referensi Jurnal :

Stephen R. Palumbi, Daniel J. Barshis, Nikki Traylor-Knowles, and Rachael A. Bay. Mechanisms of Reef Coral Resistance to Future Climate Change. Science, 24 April 2014 DOI: 10.1126/science.1251336.

You May Also Like