Ilmuwan Sukses Tumbuhkan Tulang Rawan untuk Memperbaiki Bentuk Hidung

Kartilago yang mengkilat dan berwarna putih ini terbuat dari nasal septum hidung. Penumbuhan jaringan ini dilakukan di laboratorium. (Credit: Department of Biomedicine at the University of Basel)

Bhataramedia.com – Para ilmuwan melaporkan bahwa mereka telah berhasil melakukan operasi rekonstruksi (perbaikan) hidung untuk pertama kalinya dengan menggunakan tulang rawan (kartilago) yang ditumbuhkan di laboratorium. Sel tulang rawan yang diambil dari nasal septum (bagian yang memisahkan 2 lubang hidung) pasien, digandakan dan diperluas hingga menjadi membran kolagen. Tulang rawan ini disebut kartilago rekayasa (buatan). Kartilago buatan ini dibentuk sesuai dengan tingkat kecacatan hidung pasien lalu dilakukan proses pencangkokan.

Hasil studi ini akan diterbitkan dalam edisi terbaru jurnal akademis The Lancet.

Seperti dilansir AlphaGalileo (10/4/2014), tim peneliti dari University of Basel di Swiss telah melaporkan bahwa rekonstruksi hidung menggunakan tulang rawan buatan sangat mungkin dilakukan. Mereka menggunakan metode yang disebut teknik rekayasa jaringan dimana tulang rawan yang ditumbuhkan di laboratorium berasal dari sel pasien sendiri.

Teknik baru ini diterapkan pada lima pasien, berusia 76-88 tahun, dengan cacat parah pada hidung mereka setelah operasi kanker kulit. Satu tahun setelah rekonstruksi, semua pasien merasa puas dengan kemampuan untuk bernapas dan bentuk hidung mereka. Tidak satu pun dari pasien melaporkan adanya efek samping.

Sel-sel dari septum hidung

Bentuk hidup dapat mengalami perubahan atau kerusakan akibat operasi yang bertujuan menghilangkan tumor atau kanker. Ahli bedah seringkali harus memotong bagian dari tulang rawan untuk menghilangkan seluruh tumor atau kanker. Jenis kanker kulit non melanoma merupakan kanker yang paling umum menyerang hidung, khususnya sayap cuping hidung.

Biasanya, cangkok untuk rekonstruksi hidung diambil secara langsung dari septum hidung, telinga atau tulang rusuk dan digunakan untuk merekonstruksi hidung. Namun, prosedur ini sangat invasif, menyakitkan dan dapat mengakibatkan komplikasi di lokasi pengambilan jaringan tersebut karena adanya operasi tambahan.

Untuk mengatasi hal tersebut, tim peneliti dari Departemen Biomedik di Universitas Basel Bersama dengan rekan-rekan dari University Hospital, saat ini telah mengembangkan pendekatan alternatif menggunakan rekayasa jaringan tulang rawan yang dihasilkan dari penumbuhan sel-sel dari septum hidung pasien.

Para penelti menggunakan prosedur biopsi (pengangkatan jaringan) skala kecil, lalu mengisolasi sel-sel tulang rawan (kondrosit) dan menumbuhkannya di laboratorium. Sel-sel tersebut berkembang menjadi membran kolagen dan ditumbuhkan selama dua minggu lagi. Selanjutnya, prosedur ini menghasilkan tulang rawan sebesar 40 kali dibandingkan ukuran aslinya pada saat biopsi.

Cangkok rekayasa ini kemudian dibentuk sesuai dengan cacat pada lubang hidung dan ditanamkan ke area yang diinginkan.

Kemungkinan Baru Untuk Rekonstruksi Wajah

Menurut Ivan Martin, Profesor untuk Rekayasa Jaringan di Department of Biomedicine di University Hospital of Basel, “Tulang rawan rekayasa memiliki hasil klinis yang sebanding dengan operasi pencangkokan standar saat ini. Teknik baru ini dapat membantu tubuh untuk menerima jaringan baru yang lebih baik dan untuk meningkatkan stabilitas dan fungsi dari lubang hidung. Kesuksesan kami didasarkan pada penelitian secara berkelanjutan dan integrasi yang efektif di Basel, antara kelompok eksperimen kami di Departemen Biomedik dan keunggulan ilmu bedah di Rumah Sakit Universitas. Metode ini membuka jalan untuk menggunakan tulang rawan rekayasa pada rekonstruksi yang lebih menantang yaitu operasi wajah secara lengkap, seperti hidung, kelopak mata atau telinga. “

Saat ini, cangkok rekayasa yang lain sedang diuji pada studi paralel untuk perbaikan tulang rawan artikular di lutut.

Meskipun perspektif kami selalu optimis terhadap kemajuan teknologi ini, namun penggunaan prosedur ini dalam praktek klinis masih membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Kita perlu melakukan penilaian yang ketat terhadap keberhasilan prosedur ini pada sebagian besar subyek penelitian. Selain itu, pengembangan model bisnis dan manufaktur terhadap prosedur ini juga harus menjamin adanya efektivitas yang tinggi terhadap biayanya,” kata Martin. Jika hal tersebut dapat dicapai, maka akan sangat mungkin untuk diaplikasikan secara luas dengan biaya yang rendah.

Referensi Jurnal :

Ilario Fulco, Sylvie Miot, Martin D Haug, Andrea Barbero, Anke Wixmerten, Sandra Feliciano, Francine Wolf, Gernot Jundt, Anna Marsano, Jian Farhadi, Michael Heberer, Marcel Jakob, Dirk J Schaefer, Ivan Martin. Engineered autologous cartilage tissue for nasal reconstruction after tumour resection: an observational first-in-human trial. The Lancet, 2014; DOI: 10.1016/S0140-6736(14)60544-4.

You May Also Like