

Bhataramedia.com – Kelebihan berat badan dan obesitas pada awal kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian bayi, dengan risiko terbesar terlihat di antara ibu-ibu yang sangat gemuk. Hal ini berdasarkan temuan dari penelitian yang diterbitkan di BMJ pekan ini.
Editorial yang menyertai penelitian ini menyatakan bahwa bayi akan menjadi baik ketika ibu memiliki berat badan normal sebelum dan selama kehamilan.
Wanita usia subur memiliki prevalensi tinggi mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Analisis sebelumnya menunjukkan bahwa obesitas ibu (indeks massa tubuh (BMI) 30 atau lebih) dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian bayi, namun hasilnya belum konsisten.
Oleh karena itu, tim peneliti yang berbasis di Swedia dan Amerika Serikat memutuskan untuk menguji teori bahwa kelebihan berat badan dan obesitas ibu berhubungan dengan kematian bayi. Mereka menganalisis 1,8 juta kelahiran tunggal yang tercatat di Swedish Medical Birth Register pada tahun 1992-2010.
BMI ibu pada awal kehamilan dibagi menjadi beberapa kelas; berat badan di bawah normal (18,4 atau kurang), berat badan normal (18,5-24,9), kelebihan berat badan (25-29,9), obesitas kelas 1 (30-34,9), obesitas kelas 2 (35-39,9), atau obesitas kelas 3 (40 atau lebih).
Penyebab kematian pada bayi termasuk anomali kongenital, asfiksia lahir, infeksi dan sindrom kematian mendadak. Hasilnya kemudian disesuaikan dengan faktor, seperti usia, tinggi, merokok, pendidikan dan negara kelahiran dari ibu.
Total, ada 5.428 kasus kematian bayi selama studi (angka kematian bayi secara keseluruhan 2,9 per 1.000). Dua pertiga dari ini terjadi selama periode neonatal (di dalam 28 hari pertama kehidupan).
Angka kematian bayi meningkat seiring meningkatnya BMI ibu pada awal kehamilan, dari 2,4 per 1.000 di antara wanita dengan berat badan normal menjadi 5,8 per 1.000 di antara wanita dengan obesitas kelas 3.
Dibandingkan dengan bayi dari ibu dengan berat badan normal, risiko kematian bayi sedikit meningkat pada ibu dengan kelebihan berat badan dan obesitas ringan, sedangkan ibu dengan obesitas kelas 2 atau kelas 3 dikaitkan dengan risiko kematian bayi lebih dari dua kali lipat.
Hubungan antara BMI ibu dan kematian bayi terutama terbatas pada kelahiran (setidaknya 37 minggu usia kehamilan) di dalam periode neonatal (di dalam 28 hari pertama kehidupan). Hanya obesitas kelas 2-3 yang dikaitkan dengan kematian bayi di dalam kelahiran yang sangat prematur dan cukup prematur.
Delapan puluh satu persen kematian bayi adalah karena anomali kongenital, asfiksia lahir, morbiditas neonatal lainnya, sindrom kematian mendadak dan infeksi.
Risiko kematian bayi akibat asfiksia lahir dan kondisi neonatal lainnya meningkat seiring kelebihan berat badan dan obesitas pada ibu. Dibandingkan dengan bayi dari ibu dengan berat badan normal, bayi dari ibu dengan obesitas kelas 2-3 mengalami peningkatan risiko kematian akibat anomali kongenital dan sindrom kematian mendadak.
Para peneliti memperkirakan bahwa 458 (11%) dari kematian bayi di dalam penelitian ini adalah karena kelebihan berat badan dan obesitas pada ibu.
Meskipun masih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk mengeksplorasi hubungan ini lebih lanjut, penulis berpendapat bahwa ada cukup bukti bagi pejabat kesehatan masyarakat untuk bertindak melawan epidemi obesitas di dalam rangka meningkatkan kesehatan bayi.
“Meskipun studi ini memberikan bukti pengamatan bahwa kelebihan berat badan ibu dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian bayi, hubungan antara indeks massa tubuh ibu dan kematian bayi belum sepenuhnya dieksplorasi,” kata Katrine Mari Owe dari Oslo University Hospital, Norwegia.
“Mengingat tingginya prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di seluruh dunia dan risikonya terhadap bayi, studi lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi risiko terhadap bayi yang berkaitan dengan peningkatan BMI ibu. Selain itu, juga diperlukaan intervensi yang dirancang untuk mengurangi risiko tersebut,” pungkas Katrine, seperti dilansir BMJ-British Medical Journal (03/12/2014).